Melakukan aktivitas fisik akan menimbulkan efek terhadap berbagai organ tubuh sesuai dosis dan tujuan yang ingin dicapai. Hasil aktivitas fisik ditentukan oleh dosis (FITT-VP) dan dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan eksternal. Perlakuan aktivitas fisik dapat dibandingkan antara subjek manusia dengan hewan coba dengan membuat desain penelitian terstruktur sejak pemilihan alat (modalitas/tipe), kategori latihan, penentuan dosis hingga saat pengambilan sampel (darah, urine, sel, jaringan, organ) sesuai dengan tujuan penelitian.
Penelitian untuk mengungkap mekanisme yang terjadi sejak tingkat molekul, sel, jaringan, atau organ tidak memungkinkan apabila dilakukan pada subjek manusia. Demikian pula jika diperlukan pengamatan sepanjang hidup, memerlukan prosedur invasif yang menyulitkan, perlunya pengambilan organ secara utuh maupun adanya kendala etika. Oleh sebab itu, digunakan hewan coba sebagai model perlakuan aktivitas fisik. Penggunaan hewan coba ini juga diperlukan untuk uji coba protokol latihan fisik yang diharapkan dapat diterapkan pada manusia dengan kondisi klinis yang sesuai.
Model hewan coba, khususnya keluarga pengerat (tikus, mencit, kelinci), telah sering digunakan dalam penelitian biomedis sebagai gambaran fenomena yang terjadi dalam tubuh manusia. Akan tetapi, yang memiliki banyak persamaan secara fisiologis, molekuler, dan respons lain ketika diberi perlakuan olahraga adalah jenis tikus.