New Normal atau Adaptasi Kebiasaan Baru menjadi mantra penting yang dipakai oleh WHO dan Pemerintah di berbagai negara untuk berdamai dengan Covid-19. Sejak merebak Desember 2019, pandemi ini belum menunjukkan ujung akhir, sementara upaya untuk menjinakkannya juga terus berlangsung. Di tengah kebutuhan untuk menggerakkan kembali aktivitas ekonomi, sosial, dan pelayanan publik, kebutuhan untuk mengedepankan kesehatan dan keselamatan menjadi prasyarat wajib. New Normal menjadi jalan tengah untuk mendamaikan antara kepentingan menggerakkan ekonomi dengan kebutuhan adaptasi protokol kesehatan demi mencegah penyebaran Covid-19. Sejarah pandemi yang berulang kali menghantam peradaban mengajarkan, new normal memiliki dimensi lebih dari sekedar adaptasi protokol kesehatan baru, namun sebagai bentuk perubahan yang jauh lebih mendalam sebagai dampak dari situasi krisis.
Ditulis oleh 24 ahli dalam ilmu sosial, politik, kebijakan, kesehatan, ekonomi kreatif, dan psikologi. Buku 18 bab ini menawarkan kajian komprehensive new normal, mulai dari perdebatan istilah sampai dengan penerimaan sosial atau diskursus ini. Ulasan para penulis menunjukkan bahwa diskursus new normal bukan sekedar merujuk pada protokol atau kebiasaan kesehatan baru baik di level individu maupun organisasional. Lebih dalam, new normal menunjukkan aspek-aspek perubahan yang terjadi sebagai dampak dan respons atas situasi pandemi global ini. Perubahan yang tengah berlangsung merupakan kombinasi antara yang bersifat reaktif dan jangka pendek sebagai prasyarat untuk normalisasi kehidupan; dengan perubahan yang bersifat fundamental dan jangka panjang, sebagai elemen baru peradaban untuk merespon pandemi.