Nun jauh
di perbatasan Kalimantan Barat dengan negeri jiran Malaysia, menyeruaklah
sebuah desa di tengah-tengah hutan belantara dan di antara desa-desa yang berada
di sepanjang Sungai Sekayam. Desa itu itu bernama Desa Pala Pasang. Desa Pala
Pasang merupakan tempat sub suku Dayak Empoyuh Djogu menyambung hidup sepanjang
hari. Pala Pasang, yang terisolir dari keramaian kota yang secara administratif
berada di Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat
adalah cermin kehidupan masyarakat di pedalaman Kalimantan.
Masyarakat
Dayak Empoyuh Djogu senantiasa menjaga kelestarian alamnya beserta adat
istiadat budaya Dayak. Bersama dengan masyarakat Dayak lainnya yang tinggal di
sepanjang sungai Sekayam inilah, mereka menjaga Sungai Sekayam agar terus
mengalirsepanjang tahun. Hanya Sekayamlah selama ini menjadi tumpuan untukberhubungan
dengan dunia luar. Hingga pertengahan tahun 2016, masyarakat Desa Pala Pasang
yang hidup tanpa sinyal handphone/HP dan
internet mencoba menyiasati gempuran modernitas lewat resiliensi budaya,
terbukaatas budaya luar, dan terjaga dengan tanpa tergelincir dalam modernitas.
Pada Juli
- Agustus 2015, sejumlah mahasiswa Universitas Gadjah Mada Yogjakarta yang tergabung
dalam Kuliah Kerja Nyata (KKN) tergerak hatinya untuk menyumbangkan pemikiran dan
tenaganya dengan hidup dan tinggal bersama masyarakat sub suku Dayak Empoyuh
Djogu. Mereka meninggalkan dunia keramaian kota dan kontak dengan keluarga,
serta meninggalkan kelekadan/embeded mahasiswa dengan HP yang
sehari-hari tidak bisa lepas dari tangannya. Mahasiswa ini hidup dalam
kesunyian dan kesenyapan hutan. Sebuah resiko pengabdian untuk penempaan diri
menjadi manusia yang lebih dewasa. Para mahasiswa UGM ini mencoba menyelami dan
memahami kehidupan masyarakat Dayak Empoyuh Djogu. Mahasiswa ikut berladang, berkebun,
masuk hutan, dan bersampan mencari ikan untuk mencukupi kebutuhan hidup
masyarakat, bahkan para mahasiswa ini dengan segala kemampuannya membantu
menggantikan sementara guru anak-anak Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama
(yang dibuka awal tahun 2015) yang ditinggalkan oleh guru-gurunya karena tidak
tahan hidup dan tinggal di Desa Pala Pasang ini. Keceriaan, kegembiraan yang
dialami selama KKN bersama masyarakat sungguh sangat dalam membekas pada sanubari
masing-masing mahasiswa.
Tanpa ada
penyesalan sedikitpun selama Mahasiswa tinggal bersama masyarakat Dayak Empoyuh
Djogu, para mahasiswa ini mencoba menuliskan pengalaman selama tinggal
bersamasama masyarakat. Sekelumit tulisan yang dipersembahkan untuk masyarakat Dayak
Empoyuh Djogu. Tulisan yang mencoba memperkenalkan pada dunia luar akan
kekayaan pengetahuan masyarakat Dayak yang tinggal di sepanjang sungai Sekayam.
Syukur
membuncah hati karena sebuah tulisan awal tentang Pala Pasang akhirnya
terrealisasi. Sebuah apresiasi karya mahasiswa untuk terus mengasah hati dan
melihat saudara-saudaranya yang tinggal di Desa Pala Pasang. Semoga pengalaman
tinggal bersama dan hidup di pedalaman sekaligus perbatasan Kalimantan Barat –
Malaysia ini selalu menjadi pengingat kami pada sebuah pengabdian. Kelak ketika
kami menjadi para pemimpin di Negara tercinta Republik Indonesia, kami akan ingat
bahwa banyak saudara-saudara kita yang membutuhkan pengabdian seperti yang
dilakukan Mahasiswa Universitas Gadjah Mada.